Sabtu, 16 Juni 2012

belajar dari seorang anak dipinggir jalan tadi..


Jarum jam ditanganku menunjukkan pukul 00:30 WIB, saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang menuju ke kosan. Sama seperti remaja lainnya, aku pun juga bermalam minggu :D

Ah sudahlah, bukan itu yang ku bahas disini.
Diperjalanan tadi, tepatnya saat lampu lalu lintas berubah merah yang mengharuskan kami untuk berhenti sejenak, pandanganku tertuju pada sesosok lelaki setengah baya yang sedang duduk dipinggir jalan bersama seorang wanita yang yah, menurutku itu istrinya. Pakaian mereka compang camping dan tampak sangat kumuh. Namun yang lebih mengagetkanku lagi setelah kusadari bahwa ternyata dalam gerobak kayu yang hampir roboh didepan mereka itu sedang tertidur pulas seorang anak yang mungkin usianya 5 atau 6 tahun
Miris sekali keadaan mereka, tepatnya anak itu..



Kita yang mungkin tiap malam selalu tidur nyenyak diatas kasur empuk dan ditemani selimut dalam melawan dinginnya udara malam. Kita yang mungkin selalu tidur nyenyak dalam iringan suara musik, tv juga diterangi cahaya lampu tidur yang menemani menuju alam mimpi. Yah nikmatnya tidur, nikmatnya beristirahat..

Namun anak itu tidur diatas kerasnya kayu gerobak, diselimuti udara malam dan kabut, mungkin dingin, bahkan sangat dingin.. anak itu tidur nyenyak diiringi kebisingan suara kendaraan yang berlalu lalang, ditemani langit dan cahaya bintang menuju ke alam mimpinya..

Sadarkah, kita seringkali marah dan mengeluh bila ada hal yang kita inginkan tidak dapat kita raih?
Namun mereka, namun anak itu harus marah pada siapa? Apa anak itu harus marah pada keadaan? Menyalahkan keadaan bukankah menyalahkan Tuhan? 
dan mereka yang mungkin berposisi sama dengan anak itu tidak akan pernah bisa marah atau menyalahkan keadaan, toh marah tidak akan merubah keadaan mereka.
Anak itu mungkin sudah cukup bahagia bila bisa tidur diatas sebuah gerobak kayu yang hampir roboh
Anak itu mungkin sudah tersenyum saat bisa makan sesuap nasi
Anak itu mungkin sudah bisa tertawa saat mendapatkan receh dari sedekah atau belas kasihan orang lain di jalan..

Ah sudahlah, aku tak tau harus menuliskan apa lagi
Setidaknya anak itu sudah mebuatku sadar, aku harus selalu bersyukur. bersyukur pada kehidupan yang sangat indah yang telah Tuhan berikan


-untukmu anak kecil dipinggir jalan tadi, semoga setiap malam disepanjang hidupmu kau akan tetap kuat dan tetap bisa tidur nyenyak sambil tersenyum-

Jumat, 08 Juni 2012

seperti hidup yang menunggu mati..

malam itu aku belajar..
belajar untuk tidak takut pada gelap
belajar untuk tidak takut pada orang asing
belajar untuk tetap senyum walau genangan air dimata sudah terlalu penuh
dan yang paling penting belajar untuk tidak takut kehilangan.

aku sendiri
dengan jalanku
dengan caraku memaknai hidup
namun, aku bosan mengabaikan lelah
hei, ingatlah hatipun punya masa


ronta diri yang kutahan, tangis yang kusembunyikan
semata hanyalah karena tak ingin kubagi
dan ternyata, tangis yang disembunyikan itu jauh lebih sakit
seperti kekosongan yang menakdirkan diri untuk tetap setia pada penantian
seperti hidup yang menunggu mati

my hero

my hero
I love my mom, more than everything

Dwita Pratiwi

Dwita Pratiwi
siapa yg sanggup menentukan hari? karena hidup adalah kematian yg tertunda. seandainya nyawa ini dapat dibagi, biarkanlah aku membagi nyawaku untukmu. rest in peace honey, I love you
Diberdayakan oleh Blogger.

My Lovely Big Family

My Lovely Big Family
fotho ini diamil pas Lebaran IdulFitri, semua dari, nenek, saudara2 dan ipar mama, serta sepupu-sepupu dari mama ikut berkumpul bersama kami, yah kecuali kak Wira dan Kak Nindy anak dari kakak tertua mama. oh ya, sepupu2 sy yg sudah berkeluargapun juga membawa keluarga mereka

Pages

Foto saya
not a girl, not yet a woman

BTemplates.com